Rabu, 08 Juni 2011

PKMM


Kader Organisasi dan Sekulerisasi
Oleh: Icol Dianto

“Taman tidak akan indah jika hanya dihiasi oleh satu jenis bunga.” Ungkap Ketua Dewan Mahasiswa (DEMA) IAIN Imam Bonjol Padang, Aldomi Putra saat memberikan kata sambutan dalam acara pembukaan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Menengah (PKMM) Tingkat Regional, Selasa (29/12) bertempat di Gedung UPB kampus IAIN Imam Bonjol Padang.
            Kegiatan PKMM yang diikuti oleh kader-kader pemimpin Himpunan Mahasiswa Jurusan dan Senat Mahasiswa Fakultas dari lima fakultas yang ada di IAIN Imam Bonjol Padang. Adapun tujuan kegiatan tersebut untuk menciptakan kader organisasi kampus yang militan. Militan maksudnya mampu bertahan untuk berjuang melanjutkan perjuangan yang telah ada demi sebuah perubahan IAIN ke depannya. Aldomi menambahkan, setelah kegiatan ini selesai peserta diharapkan mampu menduduki struktural organisasi selingkup kampus untuk membawa perubahan, penyalur aspirasi mahasiswa dengan semangat dan terobosan baru.
            Kegiatan yang bertemakan “Revitalisasi nilai-nilai organisasi demi Mewujudkan Kader Kampus yang militan” ini dibuka resmi oleh Drs. Ali Umar Ganti, M.Ag sebagai ganti rektor yang berhalangan hadir. Beliau menuturkan bahwa Pembantu Rektor Tiga (PR III), Prof. Dr. Salmadanis, M.Ag baru saja memberitahukan bahwa rektor berhalangan untuk datang dan tidak ada yang lain untuk menggantikannya selain beliau. Dalam kesempatan itu, Drs. Ali Umar Ganti berpesan bahwa perlunya untuk menyatukan visi dan misi organisasi mahasiswa selingkup IAIN untuk mewujudkan kemajuan IAIN ke depannya.
            Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari berturut mulai Selasa, 29 Desember 2009 dengan pemateri dari mantan aktivis ekstra dan intra kampus. Pilihan materi yang relevan dengan kegiatan aktivis kampus Islami ternama di Sumatera Barat itu.
            Semangat yang meletup-letup dari pemateri dari pertama kegiatan membuat peserta bertahan untuk mengikutinya sampai penutupan acara berakhir. Hal ini tidak mengherankan lagi karena mereka adalah aktivis muda yang mempunyai semangat juang besar dan tidak mudah padam. Namun sayang sekali materi yang disampaikan pemateri bersifat membingungkan dan berusaha memisahkan agama dengan organisasi sebagai kegiatan sosial. Hal ini dapat didengar langsung melalui ucapan dan pemikiran yang disampaikan pemateri. Misalkan saja ucapan NSD (Nama Samaran) yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara tuhan dengan tindakan empirik manusia karena tuhan berada di wilayah batini manusia. Beliau mengutip pendapat Auguste Comte tentang kebutuhan manusia dalam beragama. Menanggapi dari pernyataan ini, banyak peserta yang protes namun keahlian beliau sebagai trainer membuat peserta hanya diam dan terpaku menghayati contoh-contoh yang seharusnya diterima oleh anak bawahan.
Selanjutnya Mudop (Nama Samaran) menambahkan bahwa bantuan yang diberikan Negara Israel tidak ada hubungan dengan nilai spiritual dan kepercayaan agama. Menurut beliau jangankan bantuan dari Negara Israel, bantuan syaithan dari neraka pun kalau mereka mau membantu, maka terima,  Dosen Sosiologi Hukum Fakultas Syari’ah ini begitu bersemangat ketika menyerukan pemikiran yang demikian tersebut. Di kampus Islami ternyata telah ditanamkan semangat kepemimpinan yang sekularistik yaitu sistem kepemimpinan yang memisahkan aktivitas hidup dunia dengan agama.
Semangat dan keahlian pemateri diakui mampu membakar gelora kepemimpinan yang selama ini terpendam. Hal ini dapat dilihat ketika acara penutupan. Peserta begitu hikmat melantunkan lagu Indonesia Raya pertanda komitmen mereka sebagai calon pemimpin yang siap memperjuangkan dan membela IAIN dan negara pada umumnya untuk masa yang mendatang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar