Jumat, 04 Maret 2011

GARA-GARA DAHAN PISANG


oleh : Firdaus bin Musa
Pagi hari seperti biasanya saya bangun dari tidur jam 04.30, seusai itu langsung mandi dan sholat shubuh, orang tuakulah yang mengajarkan disiplin bangun pagi-pagi, kalau bukan karena didikan mereka saya tidak tahu akan seperti apa sekarang.
Sekarang usiaku telah 23 tahun, entah pikiran apa yang ada dalam benakku sehingga selesai dari sholat aku teringat masa-masa aku berusia 10 tahun bersama- teman sepermainanku andi, bagiku dia adalah teman satu-satunya yang banyak menambah sejarah perjalanan hidupku, baik yang ada sukanya, maupun dukanya.
Dari sekian ;lembaran sejarah itu yangmasih kuingat, pada suatu saat aku bemain disawah yang sudah dipanen padinya, jeraminya yang teronggok dipojok sawah kami buat jadi bahan berkarya yakni membuat rumah-rumahan, selesai kami buat jerami tersebut seperti benteng pertahanan lalu saya dan andi mencari teman-teman lain yang bisa ikut bergabung permainan perang-perangan, tanpa menunggu waktu yang lama teman2pun telah berkumpul untuk permainan perang2an, lebih kurang 5 jam permainan itupun selesai, lalu kami cari lagi jenis permainan lain karena bosan permainan perang2an, timbul ide saya bagaimana kalau kita main tarzan-tarzanan dengan bergantung di tulang daun pisang yang sudah patah, akhirnya ide sayapun banyak yang setuju, dan saya bersama teman2pun pergi ke atas bukit yang kebetulan disana ada banyak pephonan pisang, hal itu menarik hati kami, tanpa memperhatikan akibat yang terjadi langsung saja saya tarik dahan pohon pisang, mula-mula saya tarik tanpa berayun, sudah yakin kuat dahan itu untuk dipakai berayun sayapun berayun, satu, dua, tiga, bahakan sampai lima kali dahan itu masih kuat, tanpa melihat pangkal dahan tersebut keatas pas ayunan yang enam kalinya dahan tersebut putus akhirnya sayapun terlempar jauh kejurang, nasib baik dan sayang allah masih teruntuk buat saya, saya terlempar kedalam kumpulan semak-semak tebal, namun semak itu pada umumnya berduri akhirnya sayapun banyak tergores oleh duri, sedang teman sepermainanku ada yang kasihan melihatku, tapi ada juga yang tertawa.
Selesai terlempar tidak membuat jera aku bergelantngan didahan pisang, satu pelajaran saya petik dari tempat bergelantungan pertama, yakni jangan bergelantungan ditempat ditemat yang bertebing agar tidak terjatuh dengan luka yang amat parah.
Akhirnya saya ajak teman2 untk pindah lokasi bergelantungannya, dan merekapun setuju, lalu kami putuskan mengambil lokasi yang dekat jalan, selain pepohonan banyak disana, tempatnya bersih dan tidak terlalu jurang, seperti awalnya sayapun menarik kiuat-kuat dahan pisang tersebut apakah kuat atau tidak, setelah berulng kali saya tarik tidak ada tanda-tanda akan putus, akhirnya sayapun berayun, perasaan senang tiada terkira dihatipun aku rasakan, sudah puluhan kali saya berayun tidak ada tanda akan akan putus, dengan semangat saya terus berayun tanpa diduga kali bukan dahannya yang putus tapi dari pangkal batang pohon pisang itu yang tumbang, air matakupun mengalir sebab batang pohon pisang itu menghimpit pinggangku, untung tidak kepala saya yang kena, rasa sakit yang luar biasapun aku rasakan, sejak saat itu aku putuskan tidak berayun lagi dengan dahan pohon pisang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar